Vespa LX 150 ie dan LX 125, Semok Tapi Gesit!





Desain dan Fitur

Secara kasat mata kedua skubek Italia ini memang tak ada bedanya. Bentuknya sama persis cuma beda pada emblem di bodi sebelah kanan.

Selain itu perbedaan juga bisa dilihat pada panel indikator di setangnya. Pada Vespa LX 150 ie yang sudah menggunakan teknologi injeksi, punya check engine light.

Salah satu kelebihan kedua Vespa ini adalah ruang bagasi yang lega di bawah jok. Helm open face bisa masuk loh. Selain itu konsol di bawah setang juga sudah dilengkapi dengan penutup, barang bawaan jadi lebih aman.

Oiya, untuk safety Vespa LX juga sudah dilengkapi dengan side stand switch. Kalau standar samping belum terlipat, mesin enggak akan hidup.

Vespa juga menyediakan 6 kelir menarik. Mulai dari merah, hitam, putih, putih tulang, kuning dan biru. Aura klasik modern diperkuat dengan aksen kroom di banyak tempat seperti spion, cover sokbraker hingga list di lampu.

Performa

Bicara performa, kapasitas ruang bakar kedua varian ini tentu berbeda. Kapasitas ruang bakar Vespa LX 150 ie sudah 150cc, tapi LX 125 hanya 125cc. "Bedanya hanya pada diameter piston

Vespa LX punya stroke 48,6 mm. LX 150 ie pakai piston 62,8mm, sedang LX 125 menggunakan piston 57 mm. Lebih jauh pria yang akrab disapa Tommy ini mengakui mesin yang dipakai keduanya berangkat dari platform yang sama. Tapi soal tenaga, tentunya berbeda.
Saat kunci kontak di putar, terdengar suara fuel pump berdesir lirih pada LX 150 ie. Begitu gas dipelintir tenaga sudah langsung terasa mendorong badan. Tenaga diputaran awal ini menjadi pembeda dengan LX 125 yang sedikit lamban.

Wajar saja, Piaggio mengklai mesin LX 150 ie punya power 8,6 kW di 8.000 rpm, sedang LX 125 cuma 7,4 kW di 8.250 rpm. Torsi LX 150 ie pun lebih kuat dengan 11,2 Nm di 6.250 rpm. Tapi LX 125 hanya 9,1 Nm di 7.250 rpm.

Sayangnya untuk mencapai kecepatan tinggi tidak seagresif saat pertama kali digeber di putaran mesin rendah. Terbukti saat melintasi jalanan datar sekitar 400 meteran, speedometer hanya menunjukan angka 80 km/jam, meski napas belum benar-benar habis. Seharusnya di trek yang lebih panjang masih bisa lebih kencang.

Handling

Coba rasakan duduk diatas joknya, pasti terasa sensasi motor "bule". Ground clereance atau jarak kolong ke tanah pendek. Tapi jarak antara pijakan kaki dengan jok cukup tinggi, begitu juga dengan posisi setang. Terasa sekali kalau sebagai produk global, motor ini memanjakan pengendara berpostur tinggi.

Untungnya untuk pengendara berpostur 165 cm masih oke, satu kaki bisa menapak sempurna. Namun ketika mencoba menapakan kedua kaki pasti akan kesulitan. Mau enggak mau harus sedikit menjinjit. Joknya lebar baik untuk pengendara maupun pembonceng membuat posisi duduk lebih nyaman.

Yang menarik adalah konstruksi suspensi depan dengan lengan tunggal dan pegas helical-nya membuat penampilannya nyentrik. Sayangnya karakter peredam kejut ini cukup keras meski stabil saat melahap tikungan.

Sedang suspensi belakangnya mengayun sempurna meredam jalan bergelombang. Tapi jangan terlalu agresif menikung di kecepatan tinggi, karena gejala mengayun masih sedikit terasa.

Satu yang menjadi nilai lebih adalah kelincahannya. Dengan sumbu roda 1.280 mm dan kombinasi roda lingkar 11 inci di depan, 10 inci di belakang membuat bodi semoknya mudah berkelok. Dalam kondisi menikung patah pun bisa dilakukan dengan menyenangkan.

Cocok untuk menaklukan kemacetan Ibu kota